Jumat, 06 November 2015

KHAYALAN DION DAN KARIBNYA



            Pagi itu seolah menjadi salam pembuka dari awal kemenangannya. Pembuka pintu masa depan beberapa anak yang mampu berkhayal tanpa batasan arus. Bahkan mentari kadang tertawa melihat tingkah anak-anak yang tak tahu diri itu. Kadang pula menangis ketika jerih payah mereka tidak dihargai oleh sekelempok orang, hanya karena alasan yang tidak jelas. Namun ada yang berbeda dari pagi ini, Perjuangan hidup mati Dion akhirnya membuahkan hasil yang tak sia-sia . Dengan segala jerih payahnya, Dion mampu mengangkat tropi nasional pertamanya. Tropi yang selama ini didambakanya.
Wuihhh...Selamat brow !! kamu memang terbaik “ sapa seorang teman saat  selesai upacara .
Oke brow terima kasih !! sahutnya.
Dari kejauhan, tampak orang orang yang ditunggu pun muncul, Mukarom sang pemimpin tim, Anto si jenius, Alexa sang pemimpi, Wilaga si tukang itung itungan dan Bachtiar dengan jurus karatenya. Lengkap sudah enam orang dengan labelnya masing masing, begitu kata salah satu murid di SMA Tambakboyo. Meraka percaya dengan apa yang mereka impikan. Suatu saat, ada waktunya bumi keluar dari jalurnya, bintang berpindah dari tempatnya dan gedung di Indonesia akan mengalahkan gedung pencakar langit milik Dubai, Uni Emirat Arab.

            “Nunggu keluarga mana lagi bung??”  
Celoteh Mukarom dari kejauhan
Hheeehhh..???? (terkejut), ya nunggu kalian lah, masak nunggu Pak Abdain“, canda Dion.
Ahaha MASYUK MASYUK (jargon andalan Dion), lagian Dion punya keluarga mana lagi  selain kita,,” Alexa menyela
“Iya bener tuh . eh ayo cabut bung, udah telat 5 menit nih !! Ajak Anto  sambil tergesa gesa .

Pagi ini memang SMA Tambakboyo tampak ceria dengan persembahan berkelas dari enam orang anak kelas XII tersebut. Baru kali ini titel juara nasional dapat diraih oleh SMA Tambakboyo.
***************
Ulangan Tengah Semester tiba, namun tonggak kepemimpinan OSIS/MPK masih berada dipundak mereka. Bagaimanapun juga, sang maestro harus menyelesaikan tugasnya sebagai pengurus OSIS/MPK.
“Bung, nanti usahakan berangkat pagi yaa..! kita selesaikan laporan yang tertunda.” Ujar mukarom dari telepon.
Oke, siap bung !” jawab Dion
            Jam 06.20 tepat, Dion sampai di sekolah bersama teman-teman lainnya dan segera masuk ke ruang POMTA (Ruang Osis dan MPK). Saat itu mereka sedang asyik menata laporan dan berkas berkas Re-organisasi, namun tak di sangka-sangka ada satu berkas yang belum dicetak. Tanpa babibu lagi Dion langsung mengambil flashdisk dan segera mengcopy file tersebut.
“waduh.. belum buka nih, gimana bray, mau ngeprint dimana ini  ?” tanya Dion pada Anto.
“tenang bray.. deket warung itu ada rental print, kita ngeprint disana aja” jawab Anto dengan santainya.
“oke oke. Sini biar aku yang nyetir”
Memang saat itu masih pagi, rental print masih belum banyak yang buka  sedangkan jam pertama ada mapel yang di-UTS.kan dikelas Dion, namun bagaimanapun juga dia harus menyelesaikan laporannya hari ini, sebab mesti diserahkan kepada Bapak Kepala Sekolah untuk dipertanggungjawabkan. Takdir berkata lain, keberuntungan masih jauh dari Dion dan Anto, rental print yang satu ini juga bermasalah. Dengan berat hati, Dion harus meninggalkan satu Mapel yang di-UTSkan demi berpetualang mencari tempat ngeprint yang agak jauh.
“Gimana bray, apa ngga sebaiknya kamu ikut ulangan dulu, nanti malah kena marah sama bu Rusty lho!!” Anto memberi masukan.
Nanggung bray, kita selesaikan sekarang saja, nanti aku ngomong sama bu Rusty baik-baik, pasti beliau bisa menerima!”
            Jam 08.30 Dion dan Anto baru kembali ke sekolah, dari kejauhan Pak Muid sudah menanti kedatangan mereka.
Mas Dion, nanti jam Istirahat, tolong temui Bu Rusty yaa..!” minta pak Muid.
(wah gak beres nih) dalam hati Dion.
Oke pak siap,, ini laporannya tolong dicek lagi” sahut Dion.
“iya mas, makasih!”
            Apa yang difikirkan Dion ternyata benar-benar terjadi. Siang itu, Dion dimarahi habis-habisan oleh bu Rusty, seorang guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolahnya. Jerih payahnya berbakti untuk sekolah, seolah tak berharga lagi paska di maki maki oleh orang yang dulu pernah mengharumkan  namanya. Dion telah membuat keputusan yang salah dengan mengecewakan Bu Rusty. Namun nasi telah menjadi bubur, kayu sudah terlanjur menjadi abu.
“Kalau mau nyusul UTS, besok sama kelas yang belum ulangan, kalo nggak mau ya sudah, nilai uts mu bakalan kosong!”
“Tapi bu, besok jam ke-3 dan ke-4 saya ada UTS biologi.!” Rengek Dion.
Bukan urusan saya, kalo mau yaa itu, kalo enggak ya sudah.!” Nada Bu Rusty kali ini lebih tinggi lagi.
            Mukarom, Alexa, dan Bachtiar yang melihat Dion dimarahi, hanya tersenyum kecil dan bingung juga, ketika melihat karibnya keluar dari kantor dengan muka ditekuk.
Sabar bung, masih ada kita yang selalu ada untukmu, ingatkan?? kita adalah saudara seperjuangan, budal bareng muleh kudu bareng ! (dalam Bahasa Indonesia berangkat bersama pulang juga harus bersama)” hibur Mukarom. Mendengar kalimat itu, Dion seolah kembali terlahir menjadi jiwa-jiwa tanpa beban. Dia teringat dengan impian dan kata-kata yang pernah menjadi motivasinya, bahwa keyakinan, usaha, doa, dan restu orang tua yang membuatnya berhasil meraih tropi nasionalnya dulu. Tanpa rasa gelisah lagi, dia menunjukkan kebiasaan sehari-harinya lagi.
“oke masyuuk bung. Makasih”

**********
            Rabu, mungkin inilah hari siksaan bagi Dion, bagaimana tidak, hari ini Dion harus mengerjakan dua mata pelajaran UTS di satu jam pelajaran normal. Pertama untuk pelajaran Biologi dengan guru yang tidak main-main (semester 3 Dion mendapat nilai pas KKM/minimal syarat lulus), kedua untuk pelajaran sastra Indonesia dengan Guru yang lebih tidak main main pula. Namun bukan Dion namanya kalo tidak membuat hal diluar nalar, membuat hal yang tidak mungkin menjadi lebih tidak mungkin lagi :D. Dengan penuh kepercayaan,  Ia berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti keduanya, meskipun harus mengerjakan dengan apa adanya. Waktu terus berlalu, kurang setengah jam waktu ujian, seluruh anak dikelas dikagetkan oleh Dion yang lebih dulu mengumpulkan kertas ujian. Ia berhasil menyelesaikan mapel Biologi dan segera mungkin Ia pindah ke kelas yang satunya guna mengikuti ujian susulan sastra.
Bu, mohon maaf saya telat, saya tadi ikut ujian Biologi terlebih dahulu, maaf sekali lagi. Apa saya masih boleh ikut ujian?”, Pinta dion.
Terserah!” jawab Bu Rusty dengan cueknya.
            Memang guru yang satu ini sikapnya sedikit cuek, namun dalam hatinya Dion juga paham ketika beliau marah kayak gini berarti masih ada keperdulian terhadap anak muridnya. Beliau juga menginginkan agar semua  anaknya menjadi anak yang punya adab dan juga sopan santun. Bu Rusty adalah guru spesial dimata Dion dan hari ini dia sangat menyesal karena mengecewakan seseorang yang sudah membuatnya menjadi sekarang ini. “Terimakasih Bu Rusty saya masih di izinkan untuk ujian !” (dalam hatinya).
****************
            Delapan bulan berlalu, kini Dion, Mukharom, Anto, Alexa, dan Bachtiar bersiap-siap untuk menghadapi Ujian Nasional yang sudah ada didepan mata. Semua usaha dikerahkan demi mendapatkan nilai yang maksimal, mulai dari belajar kelompok, menginap bersama, hingga les privat mereka lakukan agar ambisi masing-masing tercapai. Mereka berkeyakinan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Tidaklah mudah untuk mengerjakan soal UNAS yang begitu banyaknya, kesulitan kesulitan tampak nyata didepan mata, mulai dari materi yang kurang memadai hingga jatuh sakit ketika H-1 UNAS, begitu kira-kira yang di alami dion dan teman-temanya. Namun sekali lagi atas berkat rahmat dan ridho Sang Kuasa serta kegigihan  dan segala macam perjuangan yang telah mereka lakukan, akhinya enam sekawan ini berhasil mengerjakan UNAS dan lulus dengan nilai yang pantas,

Wajah itu, tangan itu, kini mereka akan kembali pada impian masing-masing. Segala jerih payah selama 3 tahun kini akan tinggal kenangan. Canda dan duka, akan menyelimuti ambisi dan cita-citanya. Dion dengan ambisinya menjadi konsultan gedung, yang akan mengalahkan gedung pencakar langit, “Burj Khalifah” milik Dubai. Mukarom dengan impiannya sebagia pemimpin yang berprinsip “wani mlarat kanggo umat”. Alexa dengan Impiannya kuliah di Universitas Indonesia dan menjadi progammer. Anto dengan cita-citanya mempunyai sebuah Hotel dengan desain pribadinya, Wilaga dengan konsep itung itungannya berharap jadi enterpreuner sukses dan Bachtiar dengan keinginannya menjadi atlet Sea Games dan seorang TNI. Itu adalah khayalan konyol Dion beserta karibnya di SMA, apakah mereka mampu menaklukkan ambsinya sendiri ?? jawabanya adalah 5 tahun yang akan datang ketika mereka sepakat untuk bertemu kembali dengan pasangan hidup masing-masing. Dan mereka juga sepakat jika suatu hari mereka diperkenanakan bertemu kembali, bahwa keyakinan, do’a, usaha, dan restu orang tualah yang membuat mereka bertemu kembali. MASYUKK
                                                                                                           
Tiap cucuran yang terhempas...
Keluar... terpaku untuk satu noktah...
Kala bumi dan matahari mencapai garis kebanggaan
Melihat sayap-sayap mudah berterbangan
Menukik... melesat... melintasi awan
Berhenti diantara pelangi
3 tahun nan nuansa haru... syahdu... ria dan ceria
Tak kan kita lepas dari Ruh ini
Tergores kata dalam luka
Aku... kamu... dia... kita... dan semua adalah sama
Sama dalam jiwa dan perasaan
Sama dalam barisan dan kebanggaan
Goresan ini hanya narasi
Takut untuk dicela, tak pantas untuk dipuji,
Kami hanya meminta sebagai ranting di antara rimbunnya hujan
Tak butuh pujian, tak butuh tugu pahlawan
Hanya waktu yang kami harapkan
POMSTA
(YAF)







Kamis, 05 November 2015

TANGISAN NEGERIKU





Pernahkah kau amati..!
sepasang kuda terbang melayang
menukik kebawah seberkas pelangi
menorehkan jalan diatas awan
menapaki dunia, merangkul harapan penuh warna
namun. Ingatkah..?
kala tanah ini menangis tersedu.sedu
menangis bagai tergores belati
menangis tuk wajah-wajah tanpa nurani

teman..
Hariku tak sebahagia dulu
kedustaan rajai peta leluhurku
korupsi warnai takdir duniaku
andai aku bisa memilih
aku kan hidup kala reformasi kejujuran
terangnya surya sinari dunia yg pilu
indahnya ukhuwah hiasi hari-hari yg sepi
puing-puing cinta genangi pasir dusta

jikalau engkau singa
taringmu pasti kan sirna oleh daging petaka
aumanmu telah kadaluarsa
andai engkau burung..
sayapmu telah patah oleh panah dusta
tak akan sanggup lintasi birunya cakrawala.
andai tanah ini adalah ikan,
siripmu kan pudar tertabrak karang kebohongan
tak lagi arungi luasnya sanubari

ohh .. Tuhan
negeriku terlanjur memakan sesaji basi
nyanyian duka menggema tanah mulia
ratapan massa seolah musibah sementara
kala kau seperti kami
janjimu bagai hutan tak bertepi
omongmu kejujuran akan dijunjung tinggi
namun..?
secangkir kebaikan ternoda setetes kedustaan
kini,,
hanya puing-puing kertas yg tersisa
hanya kenangan manis yg kurasa
akankah soekarno kan bangkit lagi..?